Senin, 12 November 2012

Di suatu ANTRIAN rumah makan...

Suatu siang hari yang panas menyengat kulit, saya berjalan kaki tunggang langgang menuju sebuah rumah makan. Waktu itu, rumah makan tersebut sudah dikerumuni oleh kaum hawa. Maklum makanan yang disediakan juga lumayan enak-enak. Apalagi yang menjadi menu andalan di warung tersebut, Ayam Kribo #promosi. Ayam yang dipresto hingga tulangnya menjadi lunak dan bungkus dengan 'rambut kribo'. Rambut kribo di sini bukanlah rambut yang ada di kepala para kribo. Bukan. Rambut kribo di sini terbuat dari adonan tepung yang mirip dengan 'rambut kribo'. Terasa renyah dan crunchy ketika digigit.  Lantas jangan berandai-andai bahwa para rambut kribo itu bisa dimakan loh. Sama sekali tidak!. Camkan itu baik-baik.

Baik. Cukup sudah dengan masalah si Kribo. Back to the topic. Nah, waktu itu saya mendapat antrian yang ke satu.. dua.. tiga.. empat.. lima. Iya antrian yang kelima. Empat antrian di depan merupakan mahasiswi semua. Bukan berarti saya cari kesempatan, melainkan tuntutan keinginan untuk membeli si Kribo. Saya pun menerka-nerka sambil berhitung-hitung, kalau saja antrian yang di depan memiliki keinginan yang sama dengan saya. Hmm. Sepertinya pupuslah harapan saya untuk merasakan seberapa renyahnya si Kribo. Baik. Banting setirlah saya dengan pasang target ke menu yang lain.

Saat antrian sisa dua orang lagi, datanglah mahasiswi dengan menyalip dari samping kiri. Wuzz. Tanpa tengok kanan yang kebetulan ada saya, dia membuat antrian baru. Kesallah saya dalam hati. Saya redam kekesalan tersebut dengan senyum-senyum tidak jelas. Jelas, siapa coba yang tidak kesal tiba-tiba antriannya diserobot orang?. Apalagi keadaan saat itu lagi 'hot-hot'-nya dan perut juga susah diajak kompromi. Bisa-bisa urusan ini diangkat ke meja hijau, lebay. Tidak. Biarlah, mungkin saja dia sudah sangat lapar dari saya, atau juga ada keperluan yang lebih mendesak.

Antrian di depan saya pun lengang. Hanya menyisakan saya dan mahasiswi yang tadi. Saat pelayan rumah makan tersebut siap dengan entong nasi dan bungkusannya. Tiba-tiba..

"Mas gilirannya". Mahasiswi yang sedang mengantri dengan saya tadi mempersilahkan saya mengambil giliran.

"Oh iya" jawab saya sambil tertegun kagum beberapa detik.

Mungkin lebih cepat tuntutan perut dibandingkan dengan hati. Sontak saya langsung menyebutkan nasi satu porsi, sayur kecambah, dan ikan kering.

Saya langsung merasa tidak enak dengan prasangka buruk saya terhadap Mbak yang tadi. Karena saya sudah kali ke berapa mengalami kejadian serupa. Berdiri antri di rumah makan, kemudian ada yang menyerobot dari samping. Tapi, si Mbak yang satu ini berbeda dengan antrian yang sebelum-sebelumnya, yang memanfaatkan momen seperti ini. Antrian yang ini tahu diri. Tahu mana yang menjadi haknya, mana yang menjadi hak orang lain. Saya salut terhadap sikap Mbak. Sikap yang tahu akan aturan antri-mengantri. Siapa yang datang pertama akan dilayani pertama kali. Itulah aturan main dalam suatu antrian.

Terkadang, suatu tindakan seseorang mencerminkan seberapa baik hatinya. Seperti sikap Mbak di atas, mempersilahkan hak saya. Sebelumnya saya minta maaf atas prasangka buruk saya. Terima kasih, Mbak. Semoga tindakan Mbak dilipatkan pahalanya. Amin.

Saya pun membayar harga yang harus ditebus untuk makanan tersebut dan beranjak pergi.. ^_(SPY @KontrakanBalebak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar