Selasa, 24 Juli 2012

Curcol PKL 2012 (2)

Terkadang ide itu muncul secara tiba-tiba. Bahkan ide pun dapat muncul di tempat yang tidak wajar sekalipun. Ketika kita melakukan semedi di dalam toilet, terkadang di dalam heningnya ruangan yang hanya berukuran 2 m x 2 m, terlintas oleh kita begitu saja ide-ide cemerlang. Bukan berarti saya menulis postingan ini merupakan hasil perenungan di dalam toilet. Tidak. Tetapi ini hanya perumpamaan saja loh, hehehe. 


Pernah saya membaca suatu buku, tapi lupa akan judulnya, bahwa ide itu sudah terprogram di setiap otak masing-masing dari kita. Jadi, tinggal kitanya saja untuk pandai-pandai memancingnya. Mengikatnya dengan baik. Terkadang ide antara orang yang satu dengan orang yang lain bisa SAMA. Nah, dari sinilah muncul istilah kecurian ide. Kembali dari esensi dari ide itu sendiri bahwa ide itu sudah terprogram di dalam otak setiap otak seseorang. Jadi, jangan menyalahkan orang lain kalau-kalau ide yang kita sudah pikirkan, renungkan, sudah diungkapkan oleh orang lain. Tuhkan jadi nyesel. Oleh karena itu, sebelum ide ini berpindah 'kepala' ke orang lain, sebelum saya menyesal, sebelum saya lupa, saya berniat untuk menuliskannya dalam suatu rangkaian kata tiap kata. Mulai lagi deh, hehehe.


Sudah dua hari ini, saya bersantap sahur di kantor tempat PKL. Dan sudah dua kali ini, saya tentunya berbuka di sini. Garing yah, hehehe. Untung ada warung 'Budhe' yang sudah pindah jam tayang, mulai terbenamnya matahari hingga terbit kembali. Konon, Budhe juga buka di siang bolong juga loh, kalau-kalau ada yang butuh 'pertolongan pertama', emangnya warung Budhe klinik apa, hehehe. Salut, tugas mulia yang diemban oleh Budhe untuk mengisi perut-perut yang 'meraung-raung', kayak kucing garong aja, XD.
Waktu menunjukkan pukul 3 lebih sedikit, sedikit itu berapa menit yah, pokoke ngono lah, hehe. Sayup-sayup saya mulai mengucek-ngucek mata. Karena tadi malam baru tidur jam setengah 3 dini hari. Biasa, masih ingin berlama-lama bersama 'malam', hehehe. Tiga puluh menit sebelum jam 4, saya turun ke bawah. Kok turun ke bawah?. Karena tempat saya selama ini 'merajut mimpi-mimpi indah' berada di lantai dua, kantor PKL saya. 


Setelah mencoba membangunkan beberapa awak kantor yang sudah dibantai oleh rasa kantuk. Tak satupun yang langsung bangun, hanya melihat jam, lalu terhipnotis untuk terlelap kembali. Huft yang penting saya berusaha, hehehe. Mencari-cari sandal, pergi nyelonong ke warung Budhe. Tentunya saya tidak sendirian, di samping bersama empat kru yang lain, saya juga ditemani para pencari sahur yang lain. Sampai-sampai warung Budhe bak tempat pembagian sembako, hehehe. Akhirnya satu demi satu, antrian mulai mereda. Tibalah giliran saya untuk memilih menu dengan menunjuk-nujuk etalase tempat makanan, bak layar touch screen, hehehe.


Pagi harinya, saat tidak ada bunyi kokokan ayam jantan, jam 8 pagi, saya mulai bergegas membersihkan badan. Saya jadi teringat gara-gara masalah rambut yang belum di sisir saja, dikatakan belum mandi. Sumpah saya sudah mandi, coba deh cium k*tek saya, hahaha. Ternyata, rambut yang terlihat awut-awutan dinilai orang dengan sesuatu yang negatif. Apalagi kalo yang punya rambut kayak sarang lebah, bisa-bisa dikatakan "kalo bangun bantalnya jangan di bawa-bawa donk", hehehe


Seperti biasa, jam 8.30, saya sudah duduk manis, memanaskan laptop, mempersiapkan mental, bahkan stamina untuk duduk selama berjam-jam. Akhirnya satu persatu orang kantoran pun datang silih bergantian. Dari kemarin hingga sekarang saya hanya berkutik, menuliskan beberapa kode-kode menggunakan Code Igniter dan Smarty. Code Igniter merupakan salah satu framework PHP yang sudah mengimplementasikan Model-View-Controller atau dikenal dengan istilah MVC. Sedangkan Smarty merupakan template engine untuk PHP, yang memisahkan antara desain dan logika programnya, sehingga antara programmer dan desainer dapat bekerja secara independen. Walaupun, suatu ketika kedua belah pihak harus menyetujui suatu kesepakatan, sehingga menjadi lebih sinkron.

Code Igniter dan Smarty merupakan hal yang baru bagi saya, selama ini saya membuat website secara prosedural. Code Igniter yang sudah berbasis objek, mengingatkan akan reputasi buruk terhadap mata kuliah Pengembangan Sistem Berorientasi Objek, hehehe. Tak apa, namanya juga belajar. Tiada kata belajar kalau tidak ada kata M-E-N-C-O-B-A. Tul tidak. Hal yang membuat saya terkadang bingung adalah manajemen file dan penamaan variabel. Manajemen file harus kudu bagus. Bagaimana program dapat berjalan dengan baik kalau saja kita lupa menaruh file-file yang harus kita pakai? Bagaimana program dapat berjalan dengan baik kalau variabel-variabel yang kita susun terkadang muncul keambiguitasnya?. Teringat dari pembekalan PKL, kata seorang pembicara, Pak Panji Wasmana. Beliau menyebutkan bahwa kode program yang baik bukanlah kode program tidak dapat dimengerti oleh orang lain, melainkan kode program yang mudah dimengerti oleh orang lain. Beranjak dari situlah, saya mulai mencari feel yang tepat agar kode yang saya tulis mudah dimengerti oleh saya dan orang lain. Hmmm..



Selepas shalat Dzuhur, tiba-tiba saya mulai dirasuki rasa kantuk yang sangat luar biasa hebatnya. Awalnya rasa kantuk itu dapat saya tangkis dengan olahraga jari-jemari. Namun, tetap saja masih menghantui. Entah, saya sudah berapa kali membuka 'Black Hole' . Begitulah teman saya menggantikan kata menguap dengan sebutan Black Hole. Sampai-sampai kedua teman saya berkelakar, sedari saya menguap-nguap gak jelas, sontak kedua kepala teman saya seolah-olah tertarik oleh Black Hole yang saya buat tadi sambil tertawa-tawa kecil. Kalian berdua ini, kyk gak pernah menguap aja, hehe. Walaupun, saya sudah tertawa akibat ledekan mereka, tetap saja mata ini tidak dapat dibohongi, kepala pun seakan-akan bertambah beberapa ratus kuintal, hehehe. Bayangkan saja, kepala saya yang manggut-manggut seperti kursi goyang.


Selesai shalat Ashar, saya sudah menyerah manggut-manggut bukan karena letih, lesu, lelah, tapi karena rasa kantuk yang tak kunjung usai. Saya pun menyempatkan diri untuk menontoh video klip Korea kesukaan saya. Tapi, apa daya rasa kantuk ini bak sudah mulai mendarah daging. Tetap saja tidak ada sisi lucunya dari video itu. Akhirnya saya masuk ke sebuah bilik kecil dengan tergopoh-gopoh. Di sana sudah disiapkan seperangkat alat shalat, eh seperangkat alat tidur. Emang ada yah seperangkat alat tidur, hehehe. Awalnya saya hanya berniat tidur-tidur ayam untuk menghilangkan rasa kantuk. Mungkin rasa nyaman akibat mengistirahatkan kepala yang telah lama 'mengepul', akhirnya saya pun sudah terkapar.


Alhamdulillah, saya masih bisa diberikan oleh Allah untuk dapat membuka mata kembali. Tepat pukul 5 sore, saya sudah kembali segar, mata yang tadinya hanya beberapa watt, sekarang sudah ganti neon berkekuatan 500 watt, seterang apa yah, hehehe.


Menit-menit menjelang berbuka puasa adalah saat-saat yang paling ditunggu-tunggu. Di samping tidak lama lagi akan terdengar adzan Magrib, kami semua mulai NGEGABUT. Buka sosial media, saling chat satu sama lain, berbalas-balasan komentar.

Alhamdulillah, adzan Magrib sudah terdengar. Kami berlima pun sudah siap melahap wejangan dari kantor. Melepaskan nafsu perut untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Ternyata, buka bareng itu lebih terasa nikmatnya dibandingkan berbuka secara individu. Di tunggu yah wejangan berikutnya, hehehe.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya uraikan. Namun, terlalu panjang terkadang membosankan. Kita lanjutkan untuk cerita-cerita berikutnya.

Semoga dapat bermanfaat. ^_(@SampingPintu).

Sebuah lagu....Kekasih sejati...

Monita Idol ~ Kekasih Sejati


aku yang memikirkan
namun aku tak banyak berharap
kau membuat waktuku
tersita dengan angan tentangmu...


*
mencoba lupakan
tapi ku tak bisa
mengapa… begini…

**
oh mungkin aku bermimpi
menginginkan dirimu
untuk ada disini menemaniku
oh mungkinkah kau yang jadi
kekasih sejatiku
semoga tak sekedar harapku


back to *


back to **


bila..
tak menjadi milikku
aku takkan menyesal
telah jatuh hati


back to **


semoga tak sekedar harapku..


Lirik di atas merupakan salah satu lagu favorit saya. Bahkan hingga beratus-ratus atau beribu-ribu saya takkan bosan untuk mendengarkannya, mulai lebay dh hehehe.  Mengapa? Karena lagu ini diiringi dengan alat musik kesukaan saya, yaitu piano (keyboard). Suka di sini, suka akan alunan musiknya, bukan alat musiknya loh, jangan salah. Selain alunan musik yang berirama sangat indah, terdapat seberkas memori yang terkandung di dalam lagu ini. Potongan memori ini yang membuat saya sangat sulit sekali untuk melupakannya. 


Memori masa-masa SMA yang bahkan sebagian kita menganggapnya masa-masa yang paling indah. Banyak sekali cerita-cerita yang kita ukir pada masa itu. Dari masalah mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipecahkan seperti teka-teki matematika; persilangan pemikiran yang menganggap pendapatnya yang paling benar; kompak melakukan kerja sama saat dilarang untuk bekerja sama; membuat kelompok-kelompok kecil layaknya negara bagian; curi-curi pandang antara teman wanita maupun pria; bahkan hingga masalah jatuh bangunnya cinta antar siswa dan siswi. Dan, hal yang terakhir tadi saya pernah mengalaminya. 


Berawal dari seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA. Waktu itu saya masih duduk di kelas 10 dan mengikuti lomba di bidang matematika. Salah satu mata pelajaran favorit saya juga, karena semuanya berdasarkan perhitungan dan jawaban akhirnya pun pasti. Alhamdulillah waktu itu saya masuk tiga besar dan berhak untuk melanjutkan ke tingkat provinsi.


Sebagai tahap persiapan, tiga besar tersebut harus dikarantina di suatu ruangan khusus untuk berlatih, berlatih, dan berlatih mengerjakan soal dengan baik. Di dalam ruangan tersebutlah, semuanya mulai berawal. Oh iya, saya ketika itu merupakan seorang anak yang sangat pendiam sekali. Bukan tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Tidak. Pendiam di sini, saya cenderung menyendiri, tidak saling membaur dengan teman-teman yang lain, dan pemalu. Itu pendiam menurut versi saya. 


Kembali pada cerita awal. Suatu ketika, saat istirahat mengerjakan soal-soal yang dapat membuat keringat jatuh bercucuran. Si A, perumpamaan, meminta saya menuliskan di sebuah bukunya mengenai biodata saya. Sontak, saya dengan perasaan malu-malu menorehkan tinta di atas kertas tersebut. Di sinilah cerita ini bermula.


Seiring berjalannya waktu, saya mulai jatuh hati padanya. Ya Allah. Apa mungkin perasaan ini yang membuat orang rela melakukan apa saja demi apa yang dicintainya, bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Rasa yang menaruh perhatian penuh kepada yang dicintainya. Rasa yang membuat orang dapat tersenyum manis dengan sendirinya hanya dengan membayangkan wajahnya. Rasa yang membuat orang dapat terbang melayang tanpa sayap hingga menembus angkasa. Rasa yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata di dunia ini. Jatuh cinta. Rasa inilah yang mulai saya alami.

Suatu ketika, datanglah masa keberangkatan untuk mengikuti perlombaan di tingkat provinsi. Semua perwakilan untuk tiap mata pelajaran sudah berkumpul di bandara. Di dalam ruang tunggu, salah satu temannya menyuruh saya mengambil permen KISS. Kemudian saya mengambil satu bungkus permen tanpa mengintip selayaknya orang mengambil undian dan memasukkannya ke dalam kantong. Namun, temannya yang tadi ingin mengetahui tulisan di balik permen tersebut. Tetapi, saya tetap tidak mau memberitahukan rangkaian huruf tersebut. Dan ternyata tulisannya adalah TUNGGU APA LAGI. Mungkin hanya kebetulan dari beribu peluang. Saya hanya menyunggingkan senyum melihat bungkusan tersebut. Terdengarlah suara wanita dari sound system mengabarkan agar para penumpang untuk bersiap-siap memasuki pesawat udara.

Sesampainya di sana, saya mulai menaruh perhatian lebih kepadanya. Membantu membawakan barang bawaannya setiba di bandara. Di sanalah kuncup-kuncup mulai bermekaran. Saya mulai memberanikan diri untuk mengirim sms ke dia. Waktu itu saya mendapatkan amanah untuk membawa telepon genggam milik kakak saya untuk berjaga-jaga. Kemudian saya meminta nomor dia dari teman saya. Dan, malamnya saya saling berkirim sms. Entah perasaan apa waktu itu yang saya hadapi, yang jelas mengingat itu semua membuat saya tersenyum. Selang beberapa hari 'menumpang' tidur di tempat orang, tibalah waktu untuk bertolak pulang.

Hingga suatu hari saya susah sekali untuk memejamkan mata. Terjaga tiap malam dengan mata sulit terpejam. Rasa ini, perasaan yang tidak sabar untuk menunggu hari esok. Menunggu hanya untuk melihat dirinya. Di sela-sela itu, saya mencoba melakukan shalat tahajud. Itulah awal mula saya berkenalan dengan yang namanya shalat tahajud.  Dan, alhamdulillah setelah beberapa hari perasaan ini mulai lebih tenang, tidur pun tidak susah. Alhamdulillah.

Suatu ketika saya mendapatkan sebuah pesan sms. Alhamdulillah waktu itu saya sudah memiliki handphone sendiri. Setelah membaca pesan itu. Saya baru mengetahui kebutaan hati saya memandang itu semua, kebutaan memandang semua kode yang diberikannya. Ya Allah berikan saya kekuatan untuk menerima ini semua. Ternyata, saya salah mengartikan perhatiannya terhadap saya,

Ternyata, dia melakukan itu semua semata-mata hanya untuk mengubah sifat saya yang pendiam, mau berbaur dengan teman yang lain. Dia merupakan orang yang sangat peduli sekali terhadap temannya. Saya pun tidak sanggup menahan perasaan ini. Seolah-olah langit mulai runtuh. Tidak ada pilihan lain, saya harus melapangkan dada menerima ini semua. Rasa ini mulai sirna. Seiring saya menyadari diri saya. Siapakah saya? Pantaskah saya?.

Yang dapat saya ucapkan hanya beribu-ribu rasa terima kasih. Mungkin rasa terima kasih ini tidak setara dengan harga usaha yang telah dia lakukan. Usaha untuk merubah diri saya. Usaha untuk merubah sifat saya. Usaha untuk merubah saya menjadi lebih baik. Pertemanan kita adalah lebih penting dari apapun. Tidak lebih dan tidak kurang. Dan selamanya kita adalah teman. Mencari seribu musuh itu tidak sulit dibandingkan dengan mencari seorang teman. Karena seorang teman itu merupakan permata yang sangat langka.
Sebelumnya saya meminta maaf yang sangat besar, karena telah menuliskannya di sini, tidak untuk tujuan lain, hanya sebagai inspirasi bagi yang lain...  ^_(@HirukPikukKotaJakarta).

Minggu, 22 Juli 2012

Sahur Hari Pertama Vs Sahur Hari Kedua

RAMADHAN adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh dengan ampunan. Dan tentunya, mereka juga berlomba-lomba untuk meraih keberkahan Ramadhan, salah satunya dengan berpuasa.

Ngomong-ngomong (emangnya ngemeng-ngemeng, hehehe) masalah puasa, puasa kali ini merupakan hal yang berbeda dari puasa sebelumnya. Mengapa? Kalau tahun sebelumnya puasa pertama, santap sahur bersama-sama teman satu kontrakan. Kali ini, saya dan diri saya sendiri. Saya dan diri saya sendiri? Kok bisa? Yah, begitulah cara saya untuk menyenangkan diri sendiri, hehehehe. Baik, kita mulai ceritanya.

Di tengah hiruk pikuknya kota Bogor dengan beragam aktivitasnya. Di suatu kontrakan, tepatnya di Jl. Babakan Lebak, hiduplah lima orang anak dari berbagai penjuru nusantara. Ada Palembang, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Berau. Urutan terakhir itu adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Timur.  Di sana, saya menghabiskan sekitar 19 tahun umur saya. Sekian, cuap-cuap asal muasalnya, hehehe.

Back to the topic. Pada waktu itu, sahur pertama saya jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012. Meskipun ada yang sudah sahur satu hari sebelumnya. Saya mah ikutnya yang pasti-pasti saja, hehehe. Hari pertama sahur, nggak ada angin nggak ada hujan, yang lebih mahal banyak, heheheh,  saya dapat bangun jam 3.30 dini hari. Saya juga bingung, biasanya saya susah sekali bangun pada jam-jam ayam berkokok seperti itu. Biasanya bangunnya sedikit ngaret jam 6 kurang, bahkan bisa lebih dari itu, ketahuan yah suka bangkong. Saya langsung mencari-cari 'bekal' yang semalam saya beli, yaitu dua bungkus mie dan dua butir telur.

Tentunya bekal itu masih bahan mentah yang kudu masak terlebih dahulu. Saya bergegas ke dapur mencoba menyalakan kompor gas. Percobaan pertama, ada seberkas nyala api, tapi tidak sampai menyambar semburan LPG. Percobaan kedua, tidak ada percikan api sedikitpun. Percobaan ketiga, hanya terdengar suara cetek..cetek...Percobaan ke berapa kali, saya mengundurkan diri. Sedangkan jarum jam sudah menunjukkan jam 4 tepat. Rasa putus asa mulai merasuki. Huft, sahurnya minum air putih aja dah..

Di balik kegagalan, saya melihat seonggokan heater yang tergeletak dengan indah. AHA, masih ada harapan. Tapi, setelah bolak-balik ruang tamu-dapur-ruang tamu-dapur, kabel yang menjadi sumber tegangannya 'hilang' entah kemana. Putus asa yang kedua deh. Sedangkan jarum panjang sudah menunjukkan angka 2.

Eit, tunggu dulu.. Saat bolak-balik ruang tamu-dapur - red. Terdengar suara yang memanggil-manggil, ah lebay. Harapan ketiga pun muncul, ricecooker mini. Walaupun ukurannya terbilang kecil, mini-mini cabe rawit loh, eh kecil-kecil cabe rawit, hehehe. Saya jadi teringat pesan teman, bukan lebih tepatnya cara dia menggunakan si Mini. Dari digunakan untuk hal yang wajar, yaitu menanak nasi hingga dapat memasak mie, telur layaknya kompor, hehehe. Sepertinya layak dicoba. Lalu saya langsung mengambil air dari galon beberapa mililiter. Deg. Saya baru ingat kalau galon ini sudah hampir sebulan. Dengan membaca Basmalah, saya dengan penuh keyakinan menuangkannya sedikit, hehehe. Pertama, saya panaskan terlebih dahulu airnya, selang 10 menit saya masukan dua bungkus mie, dilanjutkan dengan satu butir telur. Saya tunggu hingga masak, sambil googling waktu imsak.

Saat waktu imsak tiba, makanan sudah siap dihidangkan. Saya pun siap untuk santap sahur dengan asumsi waktu imsak dan adzan Subuh menjadi satu, hehehehe. Saya pun makan dengan lahapnya, bukan karena kelaparan tetapi karena dikejar-kejar waktu. Alhamdulillah, sudah siap untuk puasa paginya.. C;

Menjelang berbuka, saya sudah menyiapkan satu bungkus cendol, pisang goreng delapan potong, dan dua bungkus ayam goreng (baca: HC) lengkap dengan nasinya. Saya membeli dua bungkus ayam goreng bukan untuk dimakan sekaligus, tetapi untuk santap sahur esok harinya. Keesokan harinya, sayup-sayup mata mulai  sedikit terbuka, sayup-sayup juga mendengar suara orang mengaji dari arah mesjid. Ketika melihat jam, sedikit tidak percaya. SAYA BARU BANGUN JAM 5 SUBUH. Astagfirullah. Terpaksa ayam goreng yang sudah saya gantung, hanya 'mengolok-ngolok' dari kejauhan. Tapi, tak apa semua itu tergantung niatnya dari awal. Kalau niatnya sudah mantap, halangan atau rintangan dapat diatasi.  ^_(SPY @RuangKerjaKontrakan).

Sabtu, 21 Juli 2012

Curcol PKL 2012 (1)

Sebenarnya PKL ini sudah berjalan sejak Rabu, 27 Juni 2012 lalu. Sudah lama yah, namanya juga ingin berbagi apa salahnya, gak ada yang salah kok selama itu benar, hehehe.

Selepas semester enam ini (tidak lama lagi pusing mikirin skripsi nih, ciee) mahasiswa biasanya disibukan dengan kegiatan PL, PKL, KKN, KKP, atau apalah yang intinya menugaskan mahasiswa terjun langsung ke dunia nyata (gak cuma kuliah-tidur-kuliah-tidur.. hehehe) tapi lebih dari itu. Khususnya, mahasiswa Ilmu Komputer IPB layaknya 'pesta besar'. Di dunia yang baru tersebut, mereka akan ditantang untuk mengerahkan semua ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah, bahkan cara berkomunikasi menjadi penghubung dengan dunia tersebut.

Di sana, kami diutus dengan beranggotakan lima orang. Mereka adalah empat orang teman saya dan saya sendiri, hehehe. Tepatnya, mereka adalah Iedfian, Nuna, Dola, Arin, dan Saya. Oh iya, hampir terlupa tempat PKL kami adalah PT Intikomsel yang bergerak di bidang pengembangan software di daerah Jakarta bagian selatan yang tentunya masih di daerah Jekardah, hehehe. Di sana, kami dibagi menjadi dua kelompok kecil. Kelompok pertama membuat aplikasi Android, lainnya membuat website.

Di kelompok yang sudah kecil-kecil tadi, kami berlima memiliki tugas masing-masing, yang tentunya saling menopang satu sama lain. Pembagian tugas tersebut sudah ditentukan oleh dosen pembimbing kami, Pak Hendra Rahmawan, S. Kom, MT.

Kelompok pertama, Iedfian mengurusi bagian tubuh kode-kode program yang terkadang 'memusingkan' kepala dan Nuna mendapatkan tugas yang hampir sama, cuman beda dikit, sayangnya saya lupa bagian itu. Sedangkan kelompok yang kedua, kami bertiga yang tentunya di situ saya yang paling 'ganteng', hehehe. Mengapa? Karena mereka berdua adalah 'wanita', yaitu Arin dan Dola. Arin, usia bla bla bla, tinggi badan bla bla bla cm, mempersiapkan bagian tampilan pengguna (User Interface), mencari cara untuk menarik perhatian si pengguna, bisa dibilang 'penggoda' pertama si pengguna, jangan ambigu loh, yang saya maksud websitenya, hehe. Dola, usia bla bla bla berperawakan bla bla, mendapatkan jatah mengurusi bagian basis data. Nah, basis data ini merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dengan hal yang pertama tadi. Hampir semua web modern menyimpan semua datanya di dalam database. Sedangkan saya sendiri menyandang sebagai 'kuli koding', jangan bayangkan orang yang memikul beban dipundak atau tukang aduk semen yah, hehehe. Berbeda, saya hanya 'duduk-duduk' menghadap layar LCD, menekan-nekan beberapa tombol, sesekali bermain dengan 'panah penunjuk', atau 'diam dan bengong'.

Di minggu pertama, kelompok saya masih bingung dalam pengerjaan proyek, setelah tersepona, eh terpesona, terpukau aja deh, melihat website-website yang telah mereka rilis. Hanya bisa bilang WOW saja. Selain itu juga, dalam proses pedekate dengan lingkungan yang terasa 'sangat berbeda'. Mengapa? Coba bayangkan, kita duduk di dalam satu ruangan yang isinya orang-orang yang sudah 'jago' dan kita masih belum tahu banyak. Belum lagi umur mereka yang jaraknya jauh dari kami, bisa dibilang sudah berkeluarga semuanya, apa nggak mati kutu kami. Jadi, bisa dibilang minggu pertama adalah tahap pencarian 'jati diri'.

Berbincang-bincang masalah pedekate dengan lingkungan sekitar, jam 'kerja kantor' kami dimulai pada jam 8.30 WIB. Untungnya, dengan 'jam kerja' seperti itu, saya dapat datang tanpa tergopoh-gopoh ataupun dadakan. Mengapa? Karena saya menghabiskan aktivitas pribadi di dalam kantor, mulai dari aktivitas kamar mandi, tidur, hingga masalah jemur-menjemur semuanya dilakukan di dalam kantor. Hitung-hitung penghematan, mengingat biaya hidup di kota metropolitan cukup tinggi, berbeda dengan Bogor. Bogor, you are the best.

Untuk masalah tempat tinggal, saya dan Iedfian mendapatkan penginapan di dalam kantor, tanpa dipungut biaya satu sen pun, FREE. Sedangkan para 'ibu-ibu'-nya (Nuna, Dola, dan Arin) tinggal hanya sepelemparan batu dari kantor. Kata orang tinggal ngesot langsng nyampe, atau tinggal meluncur udh nyampe. Karena mereka nge-kost di dalam satu jalan, yaitu Jl. Keuangan. Malahan berhadapan langsung dengan kantor.

Untuk masalah perut, tidak tanggung-tanggung kantinnya ada di jalan yang sama. Sebut saja warung 'Budhe', nyebutin pake aksen Jawa yah, hehe. Biasa orang sekitar memanggil wanita paruh baya tersebut dengan sebutan 'Budhe', karena budhe kan orang jawa. Menu yang disodorkan cukup komplit, dari nasi hingga lauk-pauknya. Aneka minuman dari kopi, es teh hingga air putih, bukan susu tapi air minum biasa. Dan tentunya harganya pun beragam, tinggal kitanya saja pandai-pandai melakukan 'eksperimen'.

Kalau tiba-tiba perut meraung-raung pada jam-jam tidur, jam 10 malam ke atas misalnya. Jangan khawatir. Karena masih ada pedagang tek tek yang siap melayani perut Anda. Kok jadi iklan gini, hehe. Menu yang ditawarkan juga beragam dari nasi yang disulap menjadi nasi goreng; mie goreng; bakso; somay, jika beruntung yh. Mereka ini juga datangnya seperti kutipan datang tak dijemput pulang tak diantar, eh bukan, tapi kalau ditunggu-tunggu tidak datang, giliran tidak ditunggu bejibun. Terus bagaimana cara mengetahui kalau mereka sedang lewat? Tidak sulit kok, hanya cukup mengecilkan volume suara kita, memperbesar daya tangkap telinga. Jikalau ada terdengar bunyi tek tek, sebaiknya langsung keluar, kemudian sebutkan saja order-an kita. ^_(SPY @pojokanKampus).

To be continued..

*Cukup sekian. Kali lain kita berjumpa kembali.

===Selamat Menunaikan Ibadah Puasa===