Minggu, 22 Juli 2012

Sahur Hari Pertama Vs Sahur Hari Kedua

RAMADHAN adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh dengan ampunan. Dan tentunya, mereka juga berlomba-lomba untuk meraih keberkahan Ramadhan, salah satunya dengan berpuasa.

Ngomong-ngomong (emangnya ngemeng-ngemeng, hehehe) masalah puasa, puasa kali ini merupakan hal yang berbeda dari puasa sebelumnya. Mengapa? Kalau tahun sebelumnya puasa pertama, santap sahur bersama-sama teman satu kontrakan. Kali ini, saya dan diri saya sendiri. Saya dan diri saya sendiri? Kok bisa? Yah, begitulah cara saya untuk menyenangkan diri sendiri, hehehehe. Baik, kita mulai ceritanya.

Di tengah hiruk pikuknya kota Bogor dengan beragam aktivitasnya. Di suatu kontrakan, tepatnya di Jl. Babakan Lebak, hiduplah lima orang anak dari berbagai penjuru nusantara. Ada Palembang, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Berau. Urutan terakhir itu adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Timur.  Di sana, saya menghabiskan sekitar 19 tahun umur saya. Sekian, cuap-cuap asal muasalnya, hehehe.

Back to the topic. Pada waktu itu, sahur pertama saya jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012. Meskipun ada yang sudah sahur satu hari sebelumnya. Saya mah ikutnya yang pasti-pasti saja, hehehe. Hari pertama sahur, nggak ada angin nggak ada hujan, yang lebih mahal banyak, heheheh,  saya dapat bangun jam 3.30 dini hari. Saya juga bingung, biasanya saya susah sekali bangun pada jam-jam ayam berkokok seperti itu. Biasanya bangunnya sedikit ngaret jam 6 kurang, bahkan bisa lebih dari itu, ketahuan yah suka bangkong. Saya langsung mencari-cari 'bekal' yang semalam saya beli, yaitu dua bungkus mie dan dua butir telur.

Tentunya bekal itu masih bahan mentah yang kudu masak terlebih dahulu. Saya bergegas ke dapur mencoba menyalakan kompor gas. Percobaan pertama, ada seberkas nyala api, tapi tidak sampai menyambar semburan LPG. Percobaan kedua, tidak ada percikan api sedikitpun. Percobaan ketiga, hanya terdengar suara cetek..cetek...Percobaan ke berapa kali, saya mengundurkan diri. Sedangkan jarum jam sudah menunjukkan jam 4 tepat. Rasa putus asa mulai merasuki. Huft, sahurnya minum air putih aja dah..

Di balik kegagalan, saya melihat seonggokan heater yang tergeletak dengan indah. AHA, masih ada harapan. Tapi, setelah bolak-balik ruang tamu-dapur-ruang tamu-dapur, kabel yang menjadi sumber tegangannya 'hilang' entah kemana. Putus asa yang kedua deh. Sedangkan jarum panjang sudah menunjukkan angka 2.

Eit, tunggu dulu.. Saat bolak-balik ruang tamu-dapur - red. Terdengar suara yang memanggil-manggil, ah lebay. Harapan ketiga pun muncul, ricecooker mini. Walaupun ukurannya terbilang kecil, mini-mini cabe rawit loh, eh kecil-kecil cabe rawit, hehehe. Saya jadi teringat pesan teman, bukan lebih tepatnya cara dia menggunakan si Mini. Dari digunakan untuk hal yang wajar, yaitu menanak nasi hingga dapat memasak mie, telur layaknya kompor, hehehe. Sepertinya layak dicoba. Lalu saya langsung mengambil air dari galon beberapa mililiter. Deg. Saya baru ingat kalau galon ini sudah hampir sebulan. Dengan membaca Basmalah, saya dengan penuh keyakinan menuangkannya sedikit, hehehe. Pertama, saya panaskan terlebih dahulu airnya, selang 10 menit saya masukan dua bungkus mie, dilanjutkan dengan satu butir telur. Saya tunggu hingga masak, sambil googling waktu imsak.

Saat waktu imsak tiba, makanan sudah siap dihidangkan. Saya pun siap untuk santap sahur dengan asumsi waktu imsak dan adzan Subuh menjadi satu, hehehehe. Saya pun makan dengan lahapnya, bukan karena kelaparan tetapi karena dikejar-kejar waktu. Alhamdulillah, sudah siap untuk puasa paginya.. C;

Menjelang berbuka, saya sudah menyiapkan satu bungkus cendol, pisang goreng delapan potong, dan dua bungkus ayam goreng (baca: HC) lengkap dengan nasinya. Saya membeli dua bungkus ayam goreng bukan untuk dimakan sekaligus, tetapi untuk santap sahur esok harinya. Keesokan harinya, sayup-sayup mata mulai  sedikit terbuka, sayup-sayup juga mendengar suara orang mengaji dari arah mesjid. Ketika melihat jam, sedikit tidak percaya. SAYA BARU BANGUN JAM 5 SUBUH. Astagfirullah. Terpaksa ayam goreng yang sudah saya gantung, hanya 'mengolok-ngolok' dari kejauhan. Tapi, tak apa semua itu tergantung niatnya dari awal. Kalau niatnya sudah mantap, halangan atau rintangan dapat diatasi.  ^_(SPY @RuangKerjaKontrakan).

4 komentar: