Selasa, 24 Juli 2012

Sebuah lagu....Kekasih sejati...

Monita Idol ~ Kekasih Sejati


aku yang memikirkan
namun aku tak banyak berharap
kau membuat waktuku
tersita dengan angan tentangmu...


*
mencoba lupakan
tapi ku tak bisa
mengapa… begini…

**
oh mungkin aku bermimpi
menginginkan dirimu
untuk ada disini menemaniku
oh mungkinkah kau yang jadi
kekasih sejatiku
semoga tak sekedar harapku


back to *


back to **


bila..
tak menjadi milikku
aku takkan menyesal
telah jatuh hati


back to **


semoga tak sekedar harapku..


Lirik di atas merupakan salah satu lagu favorit saya. Bahkan hingga beratus-ratus atau beribu-ribu saya takkan bosan untuk mendengarkannya, mulai lebay dh hehehe.  Mengapa? Karena lagu ini diiringi dengan alat musik kesukaan saya, yaitu piano (keyboard). Suka di sini, suka akan alunan musiknya, bukan alat musiknya loh, jangan salah. Selain alunan musik yang berirama sangat indah, terdapat seberkas memori yang terkandung di dalam lagu ini. Potongan memori ini yang membuat saya sangat sulit sekali untuk melupakannya. 


Memori masa-masa SMA yang bahkan sebagian kita menganggapnya masa-masa yang paling indah. Banyak sekali cerita-cerita yang kita ukir pada masa itu. Dari masalah mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipecahkan seperti teka-teki matematika; persilangan pemikiran yang menganggap pendapatnya yang paling benar; kompak melakukan kerja sama saat dilarang untuk bekerja sama; membuat kelompok-kelompok kecil layaknya negara bagian; curi-curi pandang antara teman wanita maupun pria; bahkan hingga masalah jatuh bangunnya cinta antar siswa dan siswi. Dan, hal yang terakhir tadi saya pernah mengalaminya. 


Berawal dari seleksi Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA. Waktu itu saya masih duduk di kelas 10 dan mengikuti lomba di bidang matematika. Salah satu mata pelajaran favorit saya juga, karena semuanya berdasarkan perhitungan dan jawaban akhirnya pun pasti. Alhamdulillah waktu itu saya masuk tiga besar dan berhak untuk melanjutkan ke tingkat provinsi.


Sebagai tahap persiapan, tiga besar tersebut harus dikarantina di suatu ruangan khusus untuk berlatih, berlatih, dan berlatih mengerjakan soal dengan baik. Di dalam ruangan tersebutlah, semuanya mulai berawal. Oh iya, saya ketika itu merupakan seorang anak yang sangat pendiam sekali. Bukan tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Tidak. Pendiam di sini, saya cenderung menyendiri, tidak saling membaur dengan teman-teman yang lain, dan pemalu. Itu pendiam menurut versi saya. 


Kembali pada cerita awal. Suatu ketika, saat istirahat mengerjakan soal-soal yang dapat membuat keringat jatuh bercucuran. Si A, perumpamaan, meminta saya menuliskan di sebuah bukunya mengenai biodata saya. Sontak, saya dengan perasaan malu-malu menorehkan tinta di atas kertas tersebut. Di sinilah cerita ini bermula.


Seiring berjalannya waktu, saya mulai jatuh hati padanya. Ya Allah. Apa mungkin perasaan ini yang membuat orang rela melakukan apa saja demi apa yang dicintainya, bahkan mengorbankan dirinya sendiri. Rasa yang menaruh perhatian penuh kepada yang dicintainya. Rasa yang membuat orang dapat tersenyum manis dengan sendirinya hanya dengan membayangkan wajahnya. Rasa yang membuat orang dapat terbang melayang tanpa sayap hingga menembus angkasa. Rasa yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata di dunia ini. Jatuh cinta. Rasa inilah yang mulai saya alami.

Suatu ketika, datanglah masa keberangkatan untuk mengikuti perlombaan di tingkat provinsi. Semua perwakilan untuk tiap mata pelajaran sudah berkumpul di bandara. Di dalam ruang tunggu, salah satu temannya menyuruh saya mengambil permen KISS. Kemudian saya mengambil satu bungkus permen tanpa mengintip selayaknya orang mengambil undian dan memasukkannya ke dalam kantong. Namun, temannya yang tadi ingin mengetahui tulisan di balik permen tersebut. Tetapi, saya tetap tidak mau memberitahukan rangkaian huruf tersebut. Dan ternyata tulisannya adalah TUNGGU APA LAGI. Mungkin hanya kebetulan dari beribu peluang. Saya hanya menyunggingkan senyum melihat bungkusan tersebut. Terdengarlah suara wanita dari sound system mengabarkan agar para penumpang untuk bersiap-siap memasuki pesawat udara.

Sesampainya di sana, saya mulai menaruh perhatian lebih kepadanya. Membantu membawakan barang bawaannya setiba di bandara. Di sanalah kuncup-kuncup mulai bermekaran. Saya mulai memberanikan diri untuk mengirim sms ke dia. Waktu itu saya mendapatkan amanah untuk membawa telepon genggam milik kakak saya untuk berjaga-jaga. Kemudian saya meminta nomor dia dari teman saya. Dan, malamnya saya saling berkirim sms. Entah perasaan apa waktu itu yang saya hadapi, yang jelas mengingat itu semua membuat saya tersenyum. Selang beberapa hari 'menumpang' tidur di tempat orang, tibalah waktu untuk bertolak pulang.

Hingga suatu hari saya susah sekali untuk memejamkan mata. Terjaga tiap malam dengan mata sulit terpejam. Rasa ini, perasaan yang tidak sabar untuk menunggu hari esok. Menunggu hanya untuk melihat dirinya. Di sela-sela itu, saya mencoba melakukan shalat tahajud. Itulah awal mula saya berkenalan dengan yang namanya shalat tahajud.  Dan, alhamdulillah setelah beberapa hari perasaan ini mulai lebih tenang, tidur pun tidak susah. Alhamdulillah.

Suatu ketika saya mendapatkan sebuah pesan sms. Alhamdulillah waktu itu saya sudah memiliki handphone sendiri. Setelah membaca pesan itu. Saya baru mengetahui kebutaan hati saya memandang itu semua, kebutaan memandang semua kode yang diberikannya. Ya Allah berikan saya kekuatan untuk menerima ini semua. Ternyata, saya salah mengartikan perhatiannya terhadap saya,

Ternyata, dia melakukan itu semua semata-mata hanya untuk mengubah sifat saya yang pendiam, mau berbaur dengan teman yang lain. Dia merupakan orang yang sangat peduli sekali terhadap temannya. Saya pun tidak sanggup menahan perasaan ini. Seolah-olah langit mulai runtuh. Tidak ada pilihan lain, saya harus melapangkan dada menerima ini semua. Rasa ini mulai sirna. Seiring saya menyadari diri saya. Siapakah saya? Pantaskah saya?.

Yang dapat saya ucapkan hanya beribu-ribu rasa terima kasih. Mungkin rasa terima kasih ini tidak setara dengan harga usaha yang telah dia lakukan. Usaha untuk merubah diri saya. Usaha untuk merubah sifat saya. Usaha untuk merubah saya menjadi lebih baik. Pertemanan kita adalah lebih penting dari apapun. Tidak lebih dan tidak kurang. Dan selamanya kita adalah teman. Mencari seribu musuh itu tidak sulit dibandingkan dengan mencari seorang teman. Karena seorang teman itu merupakan permata yang sangat langka.
Sebelumnya saya meminta maaf yang sangat besar, karena telah menuliskannya di sini, tidak untuk tujuan lain, hanya sebagai inspirasi bagi yang lain...  ^_(@HirukPikukKotaJakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar