Kamis, 02 Mei 2013

Nikmatnya Sehat setelah Sakit...

Tepat hari Sabtu yang lalu, 27 April 2013, saya mulai merasakan ketidakberesan di badan saya. Bawaannya hanya ingin berbaring di atas dipan. Membolak-balikkan badan seperti ikan yang sedang dipanggang. Perut pun terasa mual-mual.

Tengah harinya, saya paksakan untuk pergi ke kampus. Waktu itu saya melakukan perjanjian untuk mengerjakan tugas skripsi bersama dengan teman saya. Berangkatlah saya dari kontrakan menuju kampus tercinta. Sesampai di kampus, saya kirim pesan melalui WA (WhatsApp), karena waktu itu sedang populer berkirim pesan melalui sosial media yang satu itu. hehehe...

Saya pun menunggu kiriman WA balasan. Tapi, tak kunjung datang. Ya sudah, saya langsung membuka lapak. Bukan berjualan yah. Mengeluarkan komputer jinjing, menghidupkannya. Melakukan koneksi menggunakan wifi. Membuka browser langsung melakukan searching judul film. Akhirnya, sebanyak 6 judul film pun berhasil saya comot dari dunia maya. Hasil 'tangkapan' tersebut saya pindahkan ke laptop saya. Hahahah. Eh, dalam proses mengunduh tiba-tiba HP berdering. Saya pun mengintip dari layar mungil tersebut. Oh ada pesan. Ternyata, pesan itu berasal dari teman saya yang mengajak berkongsi mengerjakan tugas. Dia tidak dapat hadir. Kemudian, dia menawarkan opsi hari lain, Senin. Saya pun menyanggupinya. Unduhan terakhir pun sudah selesai. Saya tutup lapak, mempersilakan kepada orang lain untuk membuka lapak di tempat saya tadi. Dan beranjak pulang.

Dalam perjalanan pulang, kepala saya seperti melayang-layang sendiri. Terasa ringan sekali. Mungkin kalau ada mabuk dalam keadaan berjalan, saya menyebutnya mabuk jalan. Saya paksakan terus hingga sampai ke kontrakan dengan selamat. Alhamdulillah.

Malam harinya, nafsu makan saya mulai berkurang. kepala mulai terasa sakit, berat sekali. Jika berdiri terlalu lama, bagian kepala seperti dipukul dengan bertubi-tubi palu. Suhu badan mulai naik turun, kadang panas, kadang dingin. Saya pun langsung menyiapkan dipan untuk pergi tidur.

Keesokan harinya. Saya hampir tidak dapat bangun. Kepala masih terasa sakit. Ditambah semalam berkali-kali terbangun karena alergi mulai menyerang. Saya tidak dapat pergi sarapan pagi itu. Alhamdulillah, teman saya bersedia saya titipkan uang untuk membeli sarapan. Makan pagi waktu itupun saya sisakan. Akibat nafsu makan tidak stabil, merasakan makanan saja terasa pahit di lidah. Meskipun makanan yang disodorkan merupakan masakan paling enak sedunia, kalau namanya sakit, semua terasa hambar. Sepanjang hari itu saya hanya berbaring tidak berdaya di atas dipan. Bolak sana, balik sini. Tarik selimut kalau badan terasa kedinginan. Berusaha memejamkan mata, berusaha merasakan sakit kepala di dalam mimpi.

Malam harinya, saya titip uang untuk membeli obat penurun panas kepada teman saya. Sehabis makan bubur kacang hijau, saya minum obat tersebut. Perlahan-lahan sakit kepala dan panas mulai mereda. Alhamdulillah ada sedikit perubahan. Sambil tidur-tiduran, saya membayangkan wajah ibu saya. Betapa dulu, sewaktu saya sakit, beliaulah yang merawat saya. Menyiapkan makanan. Mengantarkan ke klinik terdekat. Mengingatkan untuk minum obat. Mengompres kepala jika demam tinggi. Tapi, apa daya lautan memisahkan saya dengan beliau beratus-ratus kilometer jauhnya. Mungkin, hal ini yang menjadi pertimbangan ibu saya sewaktu saya bersikeras kuliah di luar Kalimantan. "Kalau sakit siapa yang jaga?". Glek. Itulah nasib seorang perantauan yang tidak memiliki keluarga dekat di negeri orang.

Esoknya, badan saya terasa sedikit lebih sehat. Walaupun kepala sedikit terasa sakit, demam pun kadang datang secara tiba-tiba. Seharian masih saya habiskan dengan aktivitas tidur. Menyalakan laptop saja terasa enggan. Padahal hampir tiap hari minimal sekali saya menyalakan laptop. Entah itu hanya membaca, menonton, mendengarkan musik, bermain game, berkomentar ala sosial media, ngoding. Hari itu semuanya terasa tidak menarik lagi. Bahkan, celotehan dari teman sekontrakan saya tanggapi dengan wajah datar.
Pagi itu langsung saya mengirimkan pesan kepada teman saya untuk meminta maaf  tidak dapat memenuhi janjinya siang nanti. Berat rasanya membatalkan janji yang kita sendiri menyanggupinya. Ada rasa bersalah  yang bercokol di hati saya. Insya Allah akan saya tebus janji itu di lain waktu, Teman.

Siang keesokannya, saya mulai melalukan test drive terhadap tubuh saya. Saya mencoba berjalan kaki ke ATM BNI di luar kampus. Waktu itu, dompet mulai terasa kempis dan pulsa telepon sudah tidak dapat digunakan lagi, habis. Di tengah perjalanan, saya berhenti sebentar sambil duduk menikmati es Pisang Palu Butung . Dan juga, meredakan keseimbangan kepala yang mulai terasa ringan, rasa pusing berputar-putar. Kemudian saya lanjutkan ke tujuan saya, ATM BNI. Sehabis melakukan beberapa transaksi, saya pulang dengan menggunakan angkot. Waspada tiba-tiba badan hambruk di tengah jalan. Meskipun jalur angkot tidak melewati jalan depan kontrakan saya. Sisanya, saya percayakan kepada kaki saya untuk mengantatkan saya hingga sampai kontrakan. Hufh. Akhirnya, sampai juga dengan berkeringat dingin, napas kembang kempis.

Malam harinya, saya mulai terasa lebih baik dari hari-hari kemarin. Saya pun pergi ke kampus untuk melakukan perbaruan perangkat lunak HP. Membuka lapak kembali, langsung mempercayakan kepada koneksi yang ada untuk melakukan perbaruan perangkat lunak. Saya sambangin dengan menonton film, melanjutkan film yang saya tonton di kontrakan. Selesai urusan saya langsung beranjak pulang, mengingat tubuh baru saja sembuh.

Alhamdulillah, pagi harinya saya dapat bangun dengan segar bugar. :)

Ternyata, nikmatnya sehat itu dapat terasa sekali dengan adanya sakit. Sungguh sangat mahal memang harga suatu kesehatan. Orang yang sakit harus menebus dengan membayar mahal untuk sebuah kata "sehat" itu. Mungkin, sakit merupakan sarana bagi Allah untuk mengingatkan kita tentang nikmat yang diberikan-Nya. Untuk lebih mengingat-Nya dalam segala hal. Untuk lebih mensyukuri atas apa yang kita peroleh. Untuk lebih mendekat kepada-Nya. Terkadang manusia itu dibutakan oleh apa yang disuguhkan oleh dunia. Padahal apa-apa yang ada di dunia ini tidak kekal, semuanya akan musnah saat waktunya tiba. Hanya Dia-lah yang kekal. Ya Allah bimbinglah hamba-Mu ini dijalan yang Engkau ridhai. Amin. Terima kasih juga kepada teman-teman kontrakan yang telah menolong saya. :)

^_(SPY @ KontrakanBalebak ditemani alunan Beethoven - Fur Elise

Tidak ada komentar:

Posting Komentar